Jumat, 11 November 2011

Ziarah : Sembilan Gua Maria Inspiratif

 
Kami bersebelas anggota Pelayanan Tidarvi Lingkungan Santo Thomas Paroki Santo Andreas Kota Malang berziarah ke Sembilan Tempat Ziarah di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Berangkat  hari Senin tanggal 27 Juni 2011, tepatnga pada pukul 20.00 WIB dan tiba di Tuntang Salatiga pukul 06.00.
Pertama : Kunjungan kami pertama ke Gua Maria Rosa Mystica. Lokasi ziarah tersebut di dukuh Banyu Urip desa Delik Kecamatan Tuntang Kota Salatiga. Dari Jembatan Tuntang tempat tersebut bisa ditempuh 30 menit (11km) melalui jalan desa dengan kendaaraan kecil (maksimal jenis L300 atau elf). Ada alternatif lain yaitu ojek yang siap 24 jam, mengantar dengan biaya Rp 15.000-Rp 20.000 lewat jalan terobosan  sepanjang 4 km. Rambu-rambu jalan menuju gua mudah dan jelas.
Gua Maria Rosa Mystica mempunyai cerita legenda yang diyakini oleh penduduk setempat bahwa di tempat tersebut terdapat sedang Banyu Urip  yang pernah  menyelelamatkan seorang pangeran Surakarta  bernama Ki Mangun Jurang yang melakukan perjalanan. Menurut keyakinan penduduk setempat orang yang berjasa tersebut seorang Nini yang  dikenal oleh penduduk  bernama Nini Mangun Jurang. Dalam perjalanan kuda berserta Pangeran jatuh dan Pangeran luka-luka sementara si Kuda mati. Atas nasihat Nini yang menemuinya si kuda dibasuh dengan air sendang oleh hambanya, sementara Nini membasuh luka-luka pangeran. Nah seketika itu Sang Pangeran sembuh dan kuda tunggangannya hidup lagi dan melanjutkan perjalanan ke Semarang. Pada saat mereka tersadar Nini yang menolong mereka lenyap. Demikian legenda singkat terjadinya Sendang Banyu Urip yang terletak di tepi sungai dusun Banyu Urip Desa Delik. Sampai hari ini sendang banyu urip masih dipercaya penduduk sekitarnya dapat menyembuhkan berbagai penyakit .
Liturgi jalan salib dimulai dari sendang Banyu Urip yang sekarang ini sudah dibangun oleh warga stasi . Kondisi lingkungan Jalan Salib sampai di Gua Maria Rosa Mystica sangat menarik. Meskipun jalannya sempit, terjal , dan menantang dilengkapi dengan pegangan besi yang kokoh, sehingga para peziarah tidak perlu khawatir terpeleset. Sepanjang jalan salib lingkungan masih alami dan udara tidak terlalu panas. Rombongan kami dapat menyelesaikan Jalan salib dan menutupnya  dengan doa bersama di depan gua Maria Rosa Mystica. Tempat doa sangat luas dan bila selesai bisa berfoto di halaman gua dan menikmati pemandangan alam yang sangat indah.
 Fasilitas Gua: Sendang yang airnya atas berkat Tuhan dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Area Jalan Salib. Ruang doa yang beratap dan bersih.Tempat parkir terbatas untuk mobil kecil.Kamar mandi penduduk .Retribusi MCK dan parkir suka rela.


Kedua : Dari Gua Maria Rosa Mystica rombongan melanjutkan perjalanan ke Gua Maria Kerep di Ambarawa (GMK). GMK terletak di area sebelah utara Terminal Ambarawa. Kendaraan kecil bisa masuk dan tempat parkir sangat luas. Begitu pula tempat doa di gua sangat tertata rapi, luas , dan dilindungi dengan pohon filisium yang rimbun. Sayangnya di depan gua tidak beratap sehingga kalau musim hujan pas berdoa hujan ya harus lari cari tempat peneduh. Jangan kaget kalau pulang dari gua ditempeli ulat seperti yang kami alami.
Kelompok kami mengawali kegiatan dengan berdoa bersama di depan Gua Maria. Selesai berdoa kami menuju ruang semedi untuk menghormati Sakramen Mahakudus yang letaknya di sebelah utara gua, kemudian mengunjungi dan berdoa di diorama Taman Getsemani dan Salib Tuhan Yesus Kristus yang besar dan Agung.
Sejarah GMK tidak begitu jelas, sepengetahuan penulis tempat tersebut dulunya sawah yang sangat subur dan di tengah sawah yang sekarang dibangun gua itu hanya terdapat tumpukan batu putih yang sangat sederhana dan sebuah patung Bunda Maria di dalamnya. Tempat ini dikunjungi oleh umat katolik setempat dan dari desa-desa terdekat. Saat ini menjadi tempat ziarah dengan bangunan modern
Fasilitas GMK saat ini lengkap. MCK cukup banyak dan air berlimpah, Tempat Doa yang luas dan permanen, Ruang kontemplasi untuk menghomati Sakramen Mahakudus. Pasar  souvenir dan  warung makan tradisional, serta dilengkapi hotel  bagi yang berkantong tebal untuk menginap dan penginapan murah di rumah penduduk sekitar gua dengan harga terjangkau. Di sekitar area terdapat fasilitas Jalan Salib dan tempat tempat doa untuk Bunda Maria dan ruang khusus untuk Misa Kudus.

Ketiga : Setelah rombongan belanja souvenir kami melanjutkan perjalanan menuju Gua Maria di Sendangsono.
Gua Maria Sendangsono lokasinya di Kalibawang, Kulonprogo, Yogyakarta. Lokasi gua dapat dicapai dengan dua rute. 1) Dari Klangon menuju gereja promasan dilanjutkan Jalan Salib.2) Dengan kendaraan kecil bisa lewat pertigaan sebelah utara jalan menuju promasan dan menelusuri jalan desa di punggung bukit menuju gua.  Di depan Gua Maria di bawah pohon sono yang rindang kami berdoa bersama. Kunjungan di sendangsono kami akhiri dengan belanja souvenir dan produk warga setempat seperti temulawak dan gula aren di sekitar area sebelum melanjutkan perjalanan ke Ganjuran.
Fasilitas di Sendangsono : MCK, tempat doa terbuka, jalan salib panjang dan pendek, tempat istirahat, tempat Misa Kudus, dan area parkir, tempat belanja souvenir dan warung makan. Penginapan di rumah penduduk dan tempat penginapan khusus.

Keempat : Ganjuran tempat ziarah kami selanjutnya. Kami kagum dengan bangunan gereja Ganjuran yang baru. Terlihat anggun, kokoh, dan suci. Lokasi ganjuran di Kabupaten Bantul DI Yogyakarta. Di tempat tersebut rombongan tiba sudah malam. Suasana gelap menambah keheningan suasana tempat doa terbuka yang terletak di depan candi dengan patung Yesus berwajah Raja Jawa. Lilin-lilin dinyalakan di belakang candi. Gereja lawas yang bertiang bambu masih dipergunakan untuk berdoa bagi peziarah yang tak tahan bersila di depan candi.Acara di Ganjuran berdoa bersama dilanjutkan berbelanja souvenir di luar area doa.
Fasilitas : MCK cukup banyak dan bersih, tempat doa terbuka, dan area parkir dan warung souvenir  teratur rapi.

Kelima : Meskipun hari makin malam kami melanjutkan kunjungan ke Gua  Maria Jatiningsih yang berlokasi di Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Tiba di Jatiningsih pukul 22.30 WIB. Suasana sepi, tenang, dan magis. Di tempat tersebut kami awali dengan berdoa bersama. Mengingat waktu telah malam kami segera kembali ke penginapan. Hari pertama  kami dapat menyelesaikan empat  Gua Maria dan tempat ziarah Candi Tuhan Yesus Ganjuran.

Keenam : Pagi cerah dan tenang kami nikmati di desa Sumber Mulyo. Di tempat keluarga besar Bapak Hadi kami menginap. Suasana desa yang tentram dapat kami rasakan. Setelah sarapan pagi rombongan berangkat ke Gua Maria Lawangsih. Tempat ziarah tersebut berlokasi di Stasi Santa Maria Fatima di dukuh Patihombo Palem Dukuh desa Purwosari Kec.Girimulyo Kab.Kulon Progo wilayah paroki Nanggulan Kulon Progo di lereng Bukit Menoreh. Gua Maria Lawangsih paling tepat dijangkau lewat Perempatan Kenteng ke arah barat. Jalan menuju Jonggrangan hotmix halus lebar dan kondisi bagus serta agak menanjak. Pengalaman kami lewat Nanggulan. Kondisi rute Nanggulan naik dan jalan sudah banyak yang rusak sehingga sebaiknya tidak lewat Nanggulan. Pemandangan dalam perjalanan menuju Gua Maria Lawangsih sangat alami dan indah. Hamparan sawah ladang nan indah dapat dinikmati selama perjalanan kurang lebih 30 menit. Rambu jalan menuju gua jelas dan mudah dipahami. Dari Janggrangan rambu menuju ke gua mudah diikuti. Sepanjang jalan menuju gua rimbun tanaman kopi, kakao, mlinjo dll. menambah kerimbunan perjalanan dan menyejukkan pandangan di kanan kiri jalan.
Gua Maria Lawangsih dibangun dari gua alam batu kapur yang telah ada. Tempat tersebut merupakan gua tempat kelelawar (Jw:lowo). Lawangsih berarti pintu rahmat.  Gua Maria Lawangsih termasuk tempat ziarah baru namun sudah dikenal oleh masyarakat pencinta ziarah Gua Maria. Air sendang berada di belakang patung Bunda Maria. Di Gua Maria Lawangsih rombongan kami berdoa bersama dan istirahat sejenak menikmati suasana pegunungan. Pukul 10.00 kami meninggalkan Lawangsih menuju Yogyakarta.
Fasilitas : Tempat berdoa terbuka dan beratap, Lorong semedi nan tenang, sunyi dan suci, tempat Misa Kudus. MCK cukup memadai bersih. Tempat parkir masih sempit namun cukup untuk beberapa kendaraan bus mini dan motor.

Ketujuh : Tak jauh dari Gua Maria Lawangsih kami mengunjungi Gua Maria Pangiloning Leres. Gua tersebut berlokasi di puncak gunung Pengilon. Kalau kita berdiri di depan patung Bunda Maria melihat ke dalam gua serasa becermin lewat lubang gua.Seorang peziarah yang terkabul doanya membangunkan tempat doa beserta patung Pieta di samping gua. Gua Maria Pangiloning Leres sebenarnya lebih tua dan sudah diziarhai umat Katolik sebelum Gua Maria Lawangsih. Tempat doa ini terasa adem dan sakral.Rombongan kami langsung menuju gua yang berada di sebelah kanan gereja Santa Maria Fatima di desa Palem Dukuh.Kegiatan rombongan juga berdoa bersama dan setelah beristirahat melanjutkan perjalanan lagi.
Fasilitas : tempat doa terbuka, kapel , ruang doa Pieta, dan lahan parkir cukup luas di depan kapel.

Kedelapan : Setelah selesai kegiatan di  Gua Maria Lawangsih  dan Pangiloning Leres rombongan terus menuju Kota Klaten. Sampai di pertigaan Bendo menuju Wedi kami singgah di Gua Maria Marganingsih. Lokasi Gua Maria Marganingsih di desa Ngaren, Bayat – Klaten  di tepi sebelah kanan jalan arah ke Bayat. Dari pertigaan Bendo kurang lebih 13 km atau perjalanan normal 15 menit. Di tempat ini hari terus merangkak gelap matahari mulai terbenam. Suasana sekitar gua mulai gelap. Meskipun demikian rombongan tak pernah kelelahan. Berdoa bersama dilakukan agak singkat karena penerangan kurang memadai.Menurut penjaga gua tahun 2012 segera akan diresmikan pula Gua Maria Sengon Kerep juga berada di Kota Klaten. Fasilitas : Tempat doa di depan gua, Jalan Salib menanjak di lereng lokasi gua. Parkir di tepi jalan raya, MCK cukup memadai. Kompleks gua agak tertutup dengan pagar tembok sehingga tak tampak dari jalan raya. Begitu pula pintu gerbangnya unik.

Kesembilan : Meskipun hari makin larut malam, rombongan ziarah tetap gigih melanjutkan tempat ziarah terakhir. Gua Maria Mojosongo menjadi pilihan untuk mengakhiri perjalanan ziarah. Gua Maria Mojosongo berlokasi di Debegan Rt 04/V, Kel.Mojosongo, Kec.Jebres (Jalan Brigjen Katamso) Surakarta/Solo wilayah Paroki Santa Maria Regina Purbowardayan Jl. Jend. A.Yani 10 Solo. Gua Maria Mojosongo terletak di perkampungan padat penduduk. Yang menarik gua ini adalah tak henti-hentinya pengunjung yang kebanyakan kaum muda sepanjang waktu pagi hingga pagi lagi. Mereka datang dari Surakarta dan sekitarnya selain itu peziarah dari luar kota. Kaum muda datang untuk bermeditasi, bersemedi, berdoa dalam batin. Suasana di depan patung Bunda Maria sangat tenang hening dan terasa ada wibawa kesucian. Rombongan kami di tempat terakhir ini larut dalam doa hening yang tercipta oleh suasana di lingkungan tersebut. Doa bersama disepakati dalam keheningan bersama.
Fasilitas : Tempat doa secara hening, kawasan penghormatan Patung Yesus, Jalan Salib pendek. MCK sangat memadai dan bersih.Warung kopi bila malam hari melengkapi istirahat peziarah setelah aktivitas berdoa.

Akhir perjalanan ziarah Sembilan Gua para peserta merasa lega karena berhasil menjalani sesuai rencana awal. Dua tempat ziarah Gua Maria Rosa Mystica dan Gua Maria Lawangsih merupakan pengalaman baru dan sangat menakjubkan bagi rombongan kami. Meskipun baru tak kalah menariknya dengan tempat-tempat ziarah yang sudah lawas. Kedua tempat ziarah di atas selain didukung lingkungan yang bagus juga dilengkapi area doa yang beratap sehingga suasana hujan pun peziarah bisa melanjutkan aktivitas rohani tanpa terganggu hujan. Lingkungan hening, sunyi, sepi sangat terasa di kedua tempat ziarah tersebut. Bila pembaca pencinta ziarah, dua tempat tersebut merupakan rekomendasi kami untuk Anda. Selamat mencoba dan berziarah. (dilaporkan oleh pakyo nohp:081555821747)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar